Oleh: Okta Lapo
Inilah nasib kami yang tinggal di perbatasan. Jalan yang rusak sana sini. Sudahlah
belum teraspal, lubang menganga sana sini. Jangan bertanya soal sepeda motor
kami mengkilat. Tidak akan pernah ditemukan. Kalau pun rajin mencucinya, paling
hanya bertahan satu sampai tiga jam saja. Setelah itu kembali kotor. Sehingga malas
rasanya mau mencuci motor.
Selain itu, kalau mau berjalan harus hati-hati. Salah pilih jalan bisa
terantuk dan terjatuh. Kalau sudah begitu, habislah badan. Lecet sana sini. Motor
tergores sana sini. Itulah resiko tinggal di batas negara. Jalan belum mulus. Tidak
seperti di kota-kota, yang jalannya bagus.
Sebenarnya kami ingin juga merasakan jalan yang bagus. Jalan yang tidak ada
lubangnya. Sehingga motor tetap kinclong, seperti motor-motor yang dalam tivi
itu. Tak kayaknya tidak bisa, karena jalannya rusak.
Paling susah kalau sudah hujan. Aduuuuhhh….mana orang-orang pakai motor
laju dan ngebut. Kadang kita keciprat air yang dilalui motor. Rasanya mau
marah, tapi marah sama siapa. Marah sama pemerintah, juga tidak didengar. Ya sudah,
beginilah nasib kami yang tinggal di batas negara. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar